Selasa, 25 September 2012

Dinding Kota Sarana Informasi dan Komunikasi bagi Pendidikan Anak di Era Urban Attack

Sudah sejak lama sebutan dinding “tidaklah asing” terdengar di telinga kita. Mengapa saya katakan “tidaklah asing”? karena dinding merupakan suatu struktur padat yang membatasi dan kadang melindungi suatu area. Umumnya, dinding membatasi suatu bangunan dan menyokong struktur lainnya, membatasi ruang dalam bangunan menjadi ruangan-ruangan, atau melindungi atau membatasi suatu ruang di alam terbuka. Tiga jenis utama dinding struktural adalah dinding bangunan, dinding pembatas (boundary), serta dinding penahan (retaining). Dinding bangunan memiliki dua fungsi utama, yaitu menyokong atap dan langit-langit, membagi ruangan, serta melindungi terhadap intrusi dan cuaca. Dinding penahan berfungsi sebagai penghadang gerakan tanah, batuan, atau air dan dapat berupa bagian eksternal ataupun internal suatu bangunan. Dinding pembatas mencakup dinding privasi, dinding penanda batas, serta dinding kota. Dinding jenis ini kadang sulit dibedakan dengan pagar. Akan tetapi, pada beberapa periode tahun belakangan ini dinding kota sudah menjadi life style sebagian masyarakat urban. Dinding menjadi salah satu sarana kreasi anak-anak remaja dengan coretan pilox mereka. Hampir sudah tidak ada lagi tembok putih bersih yang tak terjamah untuk kepentingan masyarakat urban.

Sebuah akibat tentu saja ada sebabnya. Jika kita amati sedikit saja bagaimana populasi penduduk Indonesia yang semakin lama semakin bertambah, tentu kita dapat melihat sebuah kenyataan yang sangat mengkhawatirkan. Bagaimana tidak mengkhawatirkan, jika melihat kondisi kependudukan sekarang ini, semakin bertambahnya populasi penduduk maka cenderung akan mengakibatkan urban attack yang mendorong dampak urbanisasi di perkotaan. Salah satu dampak dari urban attack yaitu alih fungsi dinding kota yang semula hanya sebagai pembatas, penghalang maupun pelindung nyatanya sekarang ini berubah dijadikan sebagai sarana media iklan, sarana informasi dan komunikasi masyarakat urban yang sering kali juga menjadi konflik sosial diantara masyarakat urban itu sendiri. Mulai dari coretan yang merusak keindahan sampai dengan pelecehan baik suatu individu, kelompok, maupun instansi lembaga-lembaga pemerintahan dan lembaga-lembaga non-pemerintah.
Berbicara tentang sarana informasi dan komunikasi, tentu perhatian kita akan selalu mengarah pada barang-barang elektronik seperti ponsel, gadget, laptop, internet, dan lain-lainnya di masa sekarang ini. Trend masyarakat urban saat ini bukan hanya pada fashion, gaya bicara, namun juga berdampak pada gadget. Tuntutan tersebut menyebabkan seseorang tidak bisa lepas dari gadget tersebut, salah satunya adalah blackberry. Beberapa tahun belakangan ini, trend blackberry mewabah di kalangan masyarakat urban. Terkadang, beberapa orang yang terlalu seru online di blackberry mereka sehingga tidak terlalu sadar (aware) di dunia nyata. Gadget ini kemudian membawa dampak pada pengalihan fungsi dinding sendiri yang semula hanya sebatas sebagai pembatas maupun penghalang kini menjadi sarana informasi dan komunikasi khususnya bagi kaum urban yang tidak dapat mengikuti trend masa kini kemudian ruang kreasinya semakin menyempit serta merasa perlu adanya wadah tersendiri supaya dapat mencurahkan isi hati mereka. Coretan pada dinding putih yang selanjutnya menjadi karya seni bagi segelintir masyarakat urban kini berubah menjadi sarana penempelan pamflet dan iklan.
Terlepas dari hal tersebut, coretan yang ada pada dinding kota dapat dimanfaatkan menjadi sarana informasi dan komunikasi pendidikan untuk anak-anak, sehingga dinding dimanfaatkan untuk sarana pendidikan khususnya pendidikan moral bagi anak-anak. Anak-anak lebih senang belajar yang berhubungan langsung dengan visual yang mereka tangkap dengan mata mereka. Mungkin masalahnya bagaimana cara mengganti tulisan-tulisan yang tak pantas bagi anak, seperti tulisan yang mencemarkan nama baik individu, kelompok, maupun institusi kelembagaan pemerintah. Solusi tersebut bisa saja dengan cara mengganti tulisan-tulisan yang pantas tersebut dengan tulisan dan gambar-gambar yang bersifat mendidik. Contoh tulisan yang mendidik yaitu “rajin pangkal pandai”. Kata-kata seperti ini akan berkesan pada anak-anak jika mereka melihat pada dinding kota dengan penuh warna dan gambar-gambar karikatur atau kartun kesukaan mereka, hal ini akan memacu anak-anak untuk melakukan apa yang menarik mereka lihat. Jika semua dinding kota bertuliskan kata-kata yang mendidik bukan tidak mungkin anak-anak bangsa yang akan datang menjadi lebih cerdas dan lebih kreatif. Kemudian masalahnya sekarang yaitu bagaimana mengajak masyarakat urban yang gemar memanfaatkan dinding kota sebagai sarana informasi dan komunikasi supaya mendukung dan bekerjasama untuk melaksanakan upaya penggantian tulisan-tulisan yang tak pantas menjadi tulisan-tulisan yang bersifat mendidik anak-anak perkotaan. Hal semacam itu dapat dilakukan pertama kali dengan cara sosialisasi yang bekerjasama dengan lembaga atau instansi pemerintahan maupun swasta, sosialisasi ini mengajak dan mengarahkan semua lapisan masyarakat urban agar tergerak hatinya untuk melakukan upaya mengganti tulisan-tulisan yang tak pantas menjadi tulisan-tulisan yang bersifat mendidik anak-anak perkotaan. Selanjutnya dapat mengadakan lomba graffiti, menurut saya hal ini paling efektif dalam penanggulangan dan pencegahan dampak negatif dari dinding sebagai sarana informasi dan komunikasi, pada lomba ini kita dapat mengajak masyarakat yang gemar mencorat-coret dinding kota untuk berpartisipasi dalam acara ini, tentu untuk lomba ini tema yang diambil yaitu “Pendidikan Anak”. Langkah-langkah tersebut diambil sebagai cara penanggulangan dan pencegahan terhadap hal-hal yang menyimpang untuk mewujudkan fungsi dinding sebagai sarana informasi dan komunikasi untuk pendidikan anak. Jika dalam pelaksanaannya langkah-langkah tersebut belum mampu menanggulangi dan mencegah terhadap hal-hal yang baru, maka solusi terakhir yaitu dengan cara dari pihak instansi pemerintahan memberikan hukuman dan sanksi terhadap oknum yang melakukan penyimpangan. 
Akhirnya dapat kita simpulkan bahwa dampak urban attack salah satunya yaitu pengalihan fungsi dinding yang semula hanya sebatas pembatas maupun penghalang rumah dan bangunan, nyatanya sekarang menjadi sarana informasi dan komunikasi. Akan tetapi dari dampak tersebut kita bisa memanfaatkan hal tersebut untuk pendidikan anak-anak di perkotaan dengan cara mengganti coretan dan pamflet-pamflet iklan dengan kata-kata dan gambar-gambar yang bersifat mendidik, salah satu contoh yaitu “rajin pangkal pandai”. Dengan adanya tulisan yang mendidik ini dapat mendorong anak untuk lebih maju dan kreatif untuk masa kini dan masa depan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar