Sudah sejak
lama sebutan dinding “tidaklah asing” terdengar di telinga kita. Mengapa saya
katakan “tidaklah asing”? karena dinding merupakan suatu
struktur padat yang membatasi dan kadang melindungi suatu area. Umumnya,
dinding membatasi suatu bangunan dan menyokong struktur lainnya, membatasi ruang dalam
bangunan menjadi ruangan-ruangan,
atau melindungi atau membatasi suatu ruang di alam terbuka. Tiga jenis utama
dinding struktural adalah dinding bangunan, dinding pembatas (boundary),
serta dinding penahan (retaining). Dinding bangunan memiliki dua fungsi
utama, yaitu menyokong atap
dan langit-langit,
membagi ruangan, serta melindungi terhadap intrusi dan cuaca. Dinding penahan
berfungsi sebagai penghadang gerakan tanah, batuan, atau air dan dapat berupa
bagian eksternal ataupun internal suatu bangunan. Dinding pembatas mencakup
dinding privasi, dinding penanda batas, serta dinding kota. Dinding
jenis ini kadang sulit dibedakan dengan pagar. Akan tetapi, pada beberapa periode tahun belakangan ini dinding
kota sudah menjadi life style
sebagian masyarakat urban. Dinding menjadi salah satu sarana kreasi anak-anak
remaja dengan coretan pilox mereka. Hampir sudah tidak ada lagi tembok putih
bersih yang tak terjamah untuk kepentingan masyarakat urban.
Sebuah akibat tentu
saja ada sebabnya. Jika kita amati sedikit saja bagaimana populasi penduduk
Indonesia yang semakin lama semakin bertambah, tentu kita dapat melihat sebuah
kenyataan yang sangat mengkhawatirkan. Bagaimana tidak mengkhawatirkan, jika
melihat kondisi kependudukan sekarang ini, semakin bertambahnya populasi
penduduk maka cenderung akan mengakibatkan urban
attack yang mendorong dampak urbanisasi di perkotaan. Salah satu dampak
dari urban attack yaitu alih fungsi dinding
kota yang semula hanya sebagai pembatas, penghalang maupun pelindung nyatanya
sekarang ini berubah dijadikan sebagai sarana media iklan, sarana informasi dan
komunikasi masyarakat urban yang sering kali juga menjadi konflik sosial
diantara masyarakat urban itu sendiri. Mulai dari coretan yang merusak
keindahan sampai dengan pelecehan baik suatu individu, kelompok, maupun
instansi lembaga-lembaga pemerintahan dan lembaga-lembaga non-pemerintah.
Berbicara tentang sarana
informasi dan komunikasi, tentu perhatian kita akan selalu mengarah pada barang-barang
elektronik seperti ponsel, gadget, laptop, internet, dan lain-lainnya di masa
sekarang ini. Trend masyarakat urban saat ini bukan hanya pada fashion, gaya bicara, namun juga
berdampak pada gadget. Tuntutan tersebut menyebabkan seseorang tidak bisa lepas
dari gadget tersebut, salah satunya adalah blackberry.
Beberapa tahun belakangan ini, trend blackberry
mewabah di kalangan masyarakat urban. Terkadang, beberapa orang yang terlalu
seru online di blackberry mereka sehingga tidak terlalu sadar (aware) di dunia nyata. Gadget ini
kemudian membawa dampak pada pengalihan fungsi dinding sendiri yang semula
hanya sebatas sebagai pembatas maupun penghalang kini menjadi sarana informasi
dan komunikasi khususnya bagi kaum urban yang tidak dapat mengikuti trend masa
kini kemudian ruang kreasinya semakin menyempit serta merasa perlu adanya wadah
tersendiri supaya dapat mencurahkan isi hati mereka. Coretan pada dinding putih
yang selanjutnya menjadi karya seni bagi segelintir masyarakat urban kini
berubah menjadi sarana penempelan pamflet dan iklan.
Terlepas dari hal
tersebut, coretan yang ada pada dinding kota dapat dimanfaatkan menjadi sarana
informasi dan komunikasi pendidikan untuk anak-anak, sehingga dinding
dimanfaatkan untuk sarana pendidikan khususnya pendidikan moral bagi anak-anak.
Anak-anak lebih senang belajar yang berhubungan langsung dengan visual yang
mereka tangkap dengan mata mereka. Mungkin masalahnya bagaimana cara mengganti
tulisan-tulisan yang tak pantas bagi anak, seperti tulisan yang mencemarkan
nama baik individu, kelompok, maupun institusi kelembagaan pemerintah. Solusi
tersebut bisa saja dengan cara mengganti tulisan-tulisan yang pantas tersebut
dengan tulisan dan gambar-gambar yang bersifat mendidik. Contoh tulisan yang
mendidik yaitu “rajin pangkal pandai”. Kata-kata seperti ini akan berkesan pada
anak-anak jika mereka melihat pada dinding kota dengan penuh warna dan
gambar-gambar karikatur atau kartun kesukaan mereka, hal ini akan memacu
anak-anak untuk melakukan apa yang menarik mereka lihat. Jika semua dinding
kota bertuliskan kata-kata yang mendidik bukan tidak mungkin anak-anak bangsa
yang akan datang menjadi lebih cerdas dan lebih kreatif. Kemudian masalahnya
sekarang yaitu bagaimana mengajak masyarakat urban yang gemar memanfaatkan dinding
kota sebagai sarana informasi dan komunikasi supaya mendukung dan bekerjasama
untuk melaksanakan upaya penggantian tulisan-tulisan yang tak pantas menjadi
tulisan-tulisan yang bersifat mendidik anak-anak perkotaan. Hal semacam itu
dapat dilakukan pertama kali dengan cara sosialisasi yang bekerjasama dengan
lembaga atau instansi pemerintahan maupun swasta, sosialisasi ini mengajak dan
mengarahkan semua lapisan masyarakat urban agar tergerak hatinya untuk melakukan
upaya mengganti tulisan-tulisan yang tak pantas menjadi tulisan-tulisan yang
bersifat mendidik anak-anak perkotaan. Selanjutnya dapat mengadakan lomba graffiti, menurut saya hal ini paling
efektif dalam penanggulangan dan pencegahan dampak negatif dari dinding sebagai
sarana informasi dan komunikasi, pada lomba ini kita dapat mengajak masyarakat
yang gemar mencorat-coret dinding kota untuk berpartisipasi dalam acara ini,
tentu untuk lomba ini tema yang diambil yaitu “Pendidikan Anak”.
Langkah-langkah tersebut diambil sebagai cara penanggulangan dan pencegahan
terhadap hal-hal yang menyimpang untuk mewujudkan fungsi dinding sebagai sarana
informasi dan komunikasi untuk pendidikan anak. Jika dalam pelaksanaannya
langkah-langkah tersebut belum mampu menanggulangi dan mencegah terhadap
hal-hal yang baru, maka solusi terakhir yaitu dengan cara dari pihak instansi
pemerintahan memberikan hukuman dan sanksi terhadap oknum yang melakukan
penyimpangan.
Akhirnya dapat kita simpulkan bahwa dampak urban attack salah satunya yaitu pengalihan fungsi dinding yang semula hanya sebatas pembatas maupun penghalang rumah dan bangunan, nyatanya sekarang menjadi sarana informasi dan komunikasi. Akan tetapi dari dampak tersebut kita bisa memanfaatkan hal tersebut untuk pendidikan anak-anak di perkotaan dengan cara mengganti coretan dan pamflet-pamflet iklan dengan kata-kata dan gambar-gambar yang bersifat mendidik, salah satu contoh yaitu “rajin pangkal pandai”. Dengan adanya tulisan yang mendidik ini dapat mendorong anak untuk lebih maju dan kreatif untuk masa kini dan masa depan.
Akhirnya dapat kita simpulkan bahwa dampak urban attack salah satunya yaitu pengalihan fungsi dinding yang semula hanya sebatas pembatas maupun penghalang rumah dan bangunan, nyatanya sekarang menjadi sarana informasi dan komunikasi. Akan tetapi dari dampak tersebut kita bisa memanfaatkan hal tersebut untuk pendidikan anak-anak di perkotaan dengan cara mengganti coretan dan pamflet-pamflet iklan dengan kata-kata dan gambar-gambar yang bersifat mendidik, salah satu contoh yaitu “rajin pangkal pandai”. Dengan adanya tulisan yang mendidik ini dapat mendorong anak untuk lebih maju dan kreatif untuk masa kini dan masa depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar